BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang
masih memiliki masalah dibidang kesehatan. Untuk dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu
diantaranya yang dipandang mempunyai
peranan penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Stroke merupakan masalah
bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring
dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang
ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus
stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan
serangan berulang. Sekitar 28,5% penderita stroke di Indonesia meninggal dunia.
Penelitian menunjukkan, stroke menyerang pria 30% lebih tinggi katimbang
wanita.Ya mungkin itu menurut anda adalah penyakit yang di alami oleh orang
tua, akan tetapi fakta di Amerika Serikat sekitar 15 ribu pria di bawah usia 45
tahun yang terkena stroke.
Namun fakta yang mencenangkan
adalah stroke tidak hanya memonopoli orang yang sudah tua, namun juga bisa
menimpa manusia yang yang masih tergolong usia produktif. Hal itu terjadi
karena berbagai perubahan gaya hidup dan pola makan yang semakin instan dan
tidak mengindahkan masalah kesehatan dari akibat perilaku dan gaya hidup serta
pola makan yang dilakukan.
Hal ini juga diakui oleh
Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Laksamana TNI (Pur) Sudomo.
Menurutnya, penyakit stroke bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jabatan
ataupun tingkatan sosial ekonomi. Dalam daswarsa terakhir ini, sesuai dengan
pengamatan dan peninjauan Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) di rumahsakit
maupun yang berada dalam masyarakat, terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah
penyandang stroke di Indonesia. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang
masih produktif. Ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas
serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Tidak dapat
dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik
dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang
melanda seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Di Indonesia, stroke
merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan
menurut survei tahun 2004, stroke merupakan nomer satu di RS Pemerintah di
seluruh penjuru di Indonesia. Stroke
sangat mengerikan. Serangan telak pada otak atau stroke merampas kebahagiaan
dan bahkan mengubah kehidupan pasien dan keluarganya. Kemampuan berpikir,
beraktivitas, berbicara, dan kebahagiaan lenyap ketika stroke telah menimpa
seseorang. Kecacatan akibat stroke juga menambah beban materi dan mental bagi
keluarga. Fakta inilah yang membuat sebagian orang miris menghadapi stroke.
Beberapa dasawarsa yang lalu, stroke identik sebagai penyakit kaum manula,
namun kini banyak kaum muda yang mendapat serangan stroke. Tak heran jika
stroke semakin sering menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Stroke
merupakan penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker.
Stroke memang mencemaskan semua orang, namun tidak
seharusnya menyebabkan kepanikan. Masih ada jalan untuk mencegah dan bahkan
menyembuhkan stroke. Sebelum stroke minimpa kita dan orang-orang yang kita
kasihi, ada baiknya kita perlu tahu segala tentang stroke. Sebuah saran bijak
bagi kita semua, “mencegah jauh lebih baik daripada mengobati”. Namun,
seandainya stroke akhirnya tidak dapat dihindari, kita telah bersiap diri untuk
mengatasinya. Semua kekhawatiran akan stroke dapat ditiadakan jika kita tahu
segala hal tentang stroke dan penanganannya.
Penyakit Stroke adalah
penyakit pembuluh darah otak (cerebrovascular disease) yang dapat menimbulkan
kelumpuhan. Penyakit Stroke
termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan
kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya
aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak
akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi
dan oksigen yang dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke
ada 2 macam, yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus), dan adanya
pembuluh darah yang pecah. Umumnya stroke diderita oleh orang tua, karena
proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit
(arteriosclerosis) dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah
(atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan peningkatan kasus
stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 - 40 tahun). Pada
golongan ini, penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba,
alkohol, faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat.
B. Rumusan Masalah
Dengan
melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa masalah yang
akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah
a.
Apa
yang menyebabkan meningkatya kejadian strok pada usia muda?
C. Tujuan
1. Tujuan
Umum
a.
Untuk
mengetahui hubungan penyebab terjadinya strok pada usia muda.
2. Tujuan
Khusus
a.
Untuk
mengetahui distribusi terjadinya strok pada usia muda
D. Manfaat
Penelitian
Memperluas
wawasan tentang penyakit strok, strok terjadi bukan hanya pada usia lanjut tapi
strok bias terjadi pada usia muda.
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Tinjauan
Umum Penyakit Strok
1. Pengertian
Strok
Stroke
adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di
otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca B. Batticaca).
Menurut
WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Stroke
merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan neurologik
pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada pembuluh
darah serebral misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau
penyakit vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma
dan kelainan perkembangan (Price, 1995).
Stroke
adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah
satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas
dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan
insidennya (Bustan, 2007).
2.
Klafikasi Strok
Sepintas
stroke menimbulkan dampak visual yang hampir sama, namun sesungguhnya setiap
pasien mengalami kondisi yang berbeda-beda terkait dengan stroke yang
dialaminya. Hal tersebut terjadi karena faktor penyebab yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik atau
stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena
tersumbatnya pembuluh darah otak oleh plak (materi yang terdiri atas protein,
kalsium, dan lemak) yang menyebabkan aliran oksigen yang melalui liang arteri
terhambat. Adapun stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
otak akibat pecahnya pembuluh darah otak.
2.1 Stroke
Iskemik
Sekitar
82% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Penggumpalan darah yang
bersirkulasi melalui pembuluh arteri merupakan penyebab utama stroke iskemik.
Kondisi yang terjadi mirip dengan gangguan arteri (aterosklerosis) pada arteri
jantung. Ketika lemak terutama kolestero, sel-sel arteri yang rusak, kalsium
serta materi lain bersatu dan membentuk plak, maka plak tersebut akan menempel
di bagian dalam dinding arteri terutama di bagian percabangan arteri. Pada saat
yang bersamaan, sel-sel yang menyusun arteri memproduksi zat kimia tertentu
yang menyebabkan plak tersebut menebal dan akhirnya liang arteri menyempit.
Penyempitan liang arteri menyebabkan aliran darah yang akan melalui liang
tersebut terhambat. Lokasi penyumbatan tersebut dapat terjadi pada pembuluh
darah besar (arteri karotis) , pembuluh darah sedang (arteri selebris) atau
pembuluh darah kecil. Jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah kecil maka
dampak yang ditimbulkan tidak parah. Dalam istilah medis disebut infraction
lacunar.
Proses
penyumbatan pembuluh darah merupakan peristiwa yang rumit untuk dijelaskan dan
dipahami oleh awam. Semuanya berawal dari luka yang dipicu oleh radikal bebas,
toksin yang berasal dari rokok, dan lemak tak sehat (terutama lemak trans) yang
bercampur dengan darah serta akibat infeksi patogen tertentu pada dinding
pembuluh darah. Selanjutnya, pembuluh darah yang terluka tertutup oleh endapan
lemak yang bersatu dengan materi lainnya. Jika plak tersebut akhirnya terlepas,
maka gumpalan plak inilah yang menyebabkan liang pembuluh darah menyempit
sehingga aliran darah yang melewati liang tersebut terhambat.
Melambatnya
aliran darah yang melalui arteri atau bahkan terhentinya pasokan darah ke otak
bukan persoalan sepele. Otak sangat membutuhkan suplai darah untuk memelihara
agar sel otak tetap hidup. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting
yang diperlukan untuk kehidupan sel otak. Tanpa pasokan oksigen dan nutrisi
yang memadai, lama-kelamaan sel otak akan mati. Suplai oksigen yang lambat
menuju ke otak kebanyakan disebabkan aterosklerosis yang terjadi
pada pembuluh darah pada leher dan kepala. Penyebab lainnya adalah
penyumbatan pembuluh darah jantung yang menyebabkan darah yang berasal dari jantung
tidak dapat disalurkan ke otak.
Stroke
iskemik umumnya menyerang pada pagi hingga siang hari (pukul 6.00-12.00) dimana
tekanan darah secara alami mengalami peningkatan dari pagi hingga siang hari
sehingga menyebabkan peningkatan perdarahan pada plak pembuluh darah (infraplak
hemoragik). Kondisi seperti ini menyebabkan penyempitan (stenosis) pembuluh
darah yang mengalami aterosklerosis, peningkatan kekentalan (viskositas) darah,
peningkatan agregrasi platelet, dan penurunan aktivitas tPA (endogen tissue
plasminogen activator).
Berdasarkan
lokasi penggumpalan darah, stroke iskemik dibagi menjadi dua, yaitu stroke
iskemik trombolitik dan stroke iskemik embolitik.
2.1.1
Stroke
iskemik trombolitik
Hampir
separuh insiden stroke iskemik merupakan stroke iskemik trombolitik. Jenis
stroke ini ditandai dengan penggumpalan darah pada pembuluh darah yang mengarah
menuju otak. Biasa pula disebut dengan selebral trombosis. Proses trombosis
dapat terjadi di dua lokasi yang berbeda, yaitu pembuluh darah besar dan
pembuluh darah kecil.
Trombosis
pada pembuluh darah besar erat kaitannya dengan aterosklerosis, sedangkan
trombosis pada pembuluh darah kecil biasanya dialami oleh penderita hipertensi.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi menjadi pemicu aterosklerosis yang selanjutnya
mendorong trombosis di pembuluh darah besar. Hiperkolestrolemia
terjadi pada sebagian besar penderita stroke iskemik, meskipun serangan stroke
jenis ini dialami oleh penderita hiperkolesterolemia. Namun, perlu menjadi
catatan penting bahwa tingginya kadar LDL teroksidasi merupakan faktor penting
yang mengawali aterosklerosis yang berimbas pada trombosis di pembuluh darah
besar.
Stroke
iskemik trombolitik terjadi pada hampir 70% dari seluruh insiden stroke. Stroke
iskemik trombolitik banyak dialami oleh para manula terutama yang memiliki
riwayat hipertensi. Biasanya serangan stroke terjadi pada pagi atau siang hari.
Pada banyak kasus, serangan stroke terjadi ketika seseorang baru bangun tidur.
Sejumlah kasus bahkan terjadi saat orang masih berada diatas tempat tidur atau
baru mulai beranjak bangun dari tempat tidur. Sebagian yang lainnya terjadi
ketika yang bersangkutan sedang tidak beraktivitas atau menjalani aktivitas
ringan ketika memulai hari baru setelah sebelumnya tidur selama berjam-jam.
2.1.2
Stroke
Iskemik Embolitik
Merupakan
jenis stroke iskemik dimana penggumpalan darah bukan terjadi pada pembuluh
darah otak melainkan pada pembuluh darah yang lainnya. Kebanyakan insiden
terjadi karena trombosis pada pembuluh darah jantung. Menurunnya pasokan darah
dari jantung yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak adalah faktor utama yang
menjadi penyebabnya.
Stroke
iskemik embolitik sering dipicu oleh penurunan tekanan darah yang berlangsung
drastis, misalnya ketika seseorang melakukan fisik berat sehingga mengalami
kelelahan fisik yang luar biasa. Itulah sebabnya mengapa stroke jenis ini
banyak dialami oleh para pekerja lapangan yang harus bekerja keras sepanjang
hari. Kelompok lain yang beresiko terhadap stroke iskemik embolitik adalah para
atlet profesional yang memaksakan diri melakukan latihan berat diluar kemampuan
tubuhnya.
Berbeda
dengan serangan stroke iskemik trombolitikyang terjadi pada pagi hari, stroke
iskemik embolitik dapat terjadi kapan saja, pagi, siang, atau malam hari. Pada
umumnya, insiden dari stroke ini terjadi tanpa didahului oleh tanda-tanda yang
dirasakan sebelumnya—— serangan stroke iskemik embolitik umumnya terjadi begitu
saja seolah sebagai suatu kejutan bagi pasien dan orang-orang di sekitarnya.
Inilah kejadian tak terduga yang membuat miris sebagian besar orang, stroke
tiba-tiba datang tanpa ditandai dengan peringatan yang dapat diantisipasi
sebelumnya.
Kadang-kadang
sulit dipercaya, kita menemukan seseorang yang sedang giat bekerja tiba-tiba
mengalami stroke. Dalam kejadian nyata, banyak pengemudi jarak jauh yang
mengalami stroke iskemik embolitik. Sebagian diantaranya mengalami serangan
stroke secara mendadak ketika mereka turun dari mobil setelah sekian jam
lamanya memakskan diri mengenudikan mobilnya. Kasus yang sama juga dialami oleh
seseorang yang sedang berpidato tiba-tiba roboh dan tak sadarkan diri akibat
serangan stroke datang padanya secara tiba-tiba. Banyak yang salah mengerti
dikira orang yang bersangkutan mengalami serangan jantung, padahal mendapat
serangan otak atau mengalami stroke.
2.2 Stroke
Hemoragik
Stroke
hemoragik terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak mengalami kebocoran
(perdarahan). Kebocoran tersebut diawali karena adanya tekanan yang tiba-tiba
meningkat ke otak sehingga pembuluh darah yang tersumbat tersebut tidak dapat
lagi menahan tekanan, akhirnya pecah, dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan
umumnya terjadi pada batang otak (brain stem), selaput otak (korteks), dan
serebelum. Kebocoran tersebut menyebabkan darah tidak dapat mencapai
sasarannya, yaitu sel otak yang membutuhkan suplai darah. Jika suplai darah
terhenti, dapat dipastikan suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak akan
terhenti pula dan akhirnya sel otak menggalami kematian.
Ada
sejumlah faktor yang memicu terjadinya stroke hemoragik. Salah satu penyebab
stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh
(aneurisme)—— mudah menggelembung dan rawan pecah terutama pada kelompok usia
lanjut. Kondisi pembuluh darah yang lemah tidak kuasa menahan tekanan,
akibatnya darah yang mengalir didalamnya tersembur keluar. Hipertensi adalah
faktor resiko terkuat yang menyebabkan terjadinya perdarahan otak. Mereka yang
secara genetik mengalami aneurisme beresiko tinggi mendapat serangan stroke
hemoragik jika dibarengi dengan hipertensi yang dideritanya. Selain itu, trauma
fisik yang terjadi di kepala atau leher serta tumor di kepala juga dapat
mendorong perdarahan otak.
Jika
stroke iskemik dibedakan berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke
hemoragik juga dibedakan oleh lokasi terjadinya perdahan. Berdasarkan lokasi
perdarahan, stroke hemoragik dibedakan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik
intraselebral dan stroke hemoragik subaraknoid.
2.2.1
Stroke
Hemoragik Intraselebra
Perdarahan
terjadi di dalam otak, biasanya pada ganglia, batang otak, otak kecil, dan otak
besar. Inilah stroke yang menimbulkan dampak paling fatal. Sebagian besar
pasien yang mendapat serangan stroke jenis ini tidak dapat tertolong jiwanya
karena untuk mengatasinya memerlukan tindakan operasi yang harus dilakukan
sesegera mungkin. Operasi adalah tindakan penyelamatan yang paling memungkinkan
untuk segera menghentikan perdarahan. Sayangnya tindakan ini beresiko cukup
besar. Tingkat keberhasilannya relatif rendah terutama jika luasan otak yang
mengalami perdarahan sudah parah. Jika jiwa pasien bisa diselamatkan, sebagian
besar dari mereka umumnya kan mengalami kelumpuhan
2.2.2
Stroke
Hemoragik Subaraknoid
Stroke
hemoragik subaraknoid ditandai dengan perdarahan yang terjadi diluar otak,
yaitu di pembuluh darah yang berada dibawah otak atau di selaput otak.
Perdarahan tersebut menekan otak sehingga suplai darah ke otak terhenti. Ketika
darah yang berasal dari pembuluh darah yang bocor bercampur dengan cairan yang
ada di batang atau selaput otak, maka darah tersebut akan menghalangi aliran
cairan otak sehingga menimbulkan tekanan.
Insiden
stroke hemoragik subaraknoid yang paling sering terjadi pada penderita hidrosefalus.
Pada saat yang bersamaan, pembuluh darah otak dapat terhimpit sehingga suplai
oksigen dengan sendirinya terputus. Kondisi seperti ini mendorong terjadinya
dua jenis stroke sekaligus, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Meskipun
jarang terjadi, stroke hemoragik subaraknoid juga dapat disebabkan tumor di
kepala (cavernous angioma). Desakan yang terjadi akibat perkembangan tumor
menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga suplai darah ke otak tidak dapat
mencukupi kebutuhan otak. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka tekanan yang
ditimbulkan oleh tumor menyebabkan dinding pembuluh darah terjepit dan tiba
saatnya terjadilah perdarahan otak. Itulah sebabnya mengapa pasien yang
menderita tumor otak sebagian besar diantaranya mengalami stroke.
Tabel
1. Perbedaan perdarahan Intraselebral dan Subaraknoid
Gejala
|
PIS
|
PSA
|
Waktu timbulnya
|
Dalam 1 jam
|
1-2 menit
|
Nyeri kepala
|
Hebat
|
Sangat hebat
|
Kejang
|
Umum
|
Sering fokal
|
Kesadaran
|
Menurun
|
Menurun
|
Tanda rangsangan meningen
|
+ (tidak ada)
|
Sementara
|
Hemiparese
|
++
|
+++
|
Gangguan saraf otak
|
+
|
+ (tak ada)
|
B. Penyebab
Strok
Penyakit stroke merupakan
suatu penyakit yang sering dijumpai dimasyarakat modern sekarang ini. Bukan hanya penderitanya yang dihadapkan
pada suatu keadaan yang sangat menyiksa, namun juga keluarga manapun pada orang
terdekat, beban yang ditimbulkan buasanya dari penderita penyakit
strokemencakup beberapa hal, mulai dari segi fisik, emosi, maupun keuangannya.
Dengan semua beban dipanggul seorang penderita penyakit stroke, sebagai
keluarga, bagaimana cara kita menghadapinya?
Penderita
penyakit pasca-stroke justru memerlukan perhatian yang lebih dari orang-orang
yang mengasihinya, karena ini akan membantu proses pemulihannya menjadi lebih
cepat. Ada fakta yang menarik, tidak ada satu pun serangan stroke ytang sama,
dan tidak ada satu pun reaksi yang sama diantara dua orang yang terserang
penyakit stroke. Salah satu faktor penyebab penyakit stroke adalah
obesitas.
Mengapa obesitas disebut
sebagai faktor penyebab penyakit stroke? Hal ini dikarenakan berat badan dan indeks massa tuuh
yang mempunyai hubungan yang erat dengan tekanan darah. Distribusi lemak yang
ada pada tubuh juga merupakan faktor yang penting dalam hubungannya dengan penyakit hipertensi. Hal inilah yang kemudian memacu dari
terjadinya penyakit hipertensi, yang pada akhirnya bisa menjadi pemicu dari
terjadinya penyakit stroke. Ada cara perhitungan berat badan yang cukup mudah,
yakni dengan menilai dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan hasil
perhitungan dari contohnya : Seseorang dengan berat badan 50 kg dan tinggi
badan 170 cm, maka Indeks Massa tubuhnya adalah 50/(1,7)² = 17,30 .
Salah
satu faktor penyebab penyakit stroke adalah karena merokok. Merokok bukan hanya
menjadi faktor pemicu penyakit stroke namun juga merupakan faktor pemicu dari penyakit jantung koroner, penyakit lainnya juga. Seperti yang
diketahui, asap rokok mengandung lebih dari seribu macam zat kimia berbahaya
misalnya sepert ter, nikotin, karbonmonoksida, dan sebagainya. Merokok ini
menyebabkan aliran darah di dalam tubuh menjadi lebih lambat menyebabkan darah
menjadi lebih cepat menggumpal, dan mendorong terjadiny ateroksllerosis ppada
pembuluh darah otak, jantung, dan juga tungkai.
Menurut sebuah jurnal yang ditulis
oleh Sylvia Saraswati (2009) membagi faktor risiko dari penyebab stroke yang
dibedakan menjadi 2 bagian, yakni faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan
faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
2.1 Faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi
2.1.1
Usia
Dari berbagai penelitian, diketahui
bahwa suai semakin tua semakin besar pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan
dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. pada
orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak.
2.1.2
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih
besar untuk terkena stroke dibanding perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa
laki-laki cenderung merokok. Rokok, dapat merusak lapisan dari pembuluh darah
tubuh.
2.1.3
Herediter
Terkait dengan riwayat stroke di
keluarga, orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki risiko yang lebih
besar untuk terkena penyakit stroke dibanding orang yang tanpa riwayat stroke
pada keluarganya.
2.1.4
Ras atau Etnis
Dari berbagai penelitian, ditemukan
bahwa ras kulit putih memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena stroke
dibanding ras kulit hitam.
2.2 Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
2.2.1
Hipertensi
Orang yang tekanan darahnya tinggi
mempunyai peluang besar untuk mengalami stroke. Bahkan, ini merupakan penyebab
terbesar dari stroke. Alasannya, dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran
darah tubuh yaitu diameter pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga darah
yang mengalir ke otak pun akan berkurang, dengan pengurangan aliran darah otak
(ADO), maka otak akan kekurangan suplai oksigen dan glukosa sehingga jaringan
otak lama-lama akan mati.
2.2.2
Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti jantung
koroner dan infark miokard (kematian otot jantung, bisa menjadi faktor terbesar
pneyebab stroke). Seperti yang kita ketahui bahwa pusat dari aliran darah di
tubuh terletak di jantung. Jika pusat pengaturan darah mengalami kerusakan, maka
aliran darah tubuh mengalami gangguan, termasuk aliran darah menuju otak.
Gangguan aliran darah itu bisa mematikan jaringan otak secara mendadak ataupun
bertahap.
2.2.3
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus atau kencing
manis memiliki risiko mengalami stroke. Hal ini terkait dengan pembuluh darah
penderita diabetes yang umumnya lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan
ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan
kematian otak.
2.2.4
Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan
keadaan ketika kadar kolesterol di dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan
mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah yang lama kelamaan akan
semakin banyak dan menumpuk sehingga menganggu aliran darah.
2.2.5
Obesitas
Kegemukan merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya stroke. Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar
lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan obesitas, yaitu biasanya
kadar LDL lebih tinggi dibanding kadar HDL.
2.2.6
Merokok
Dari hasil berbagai penelitian
diketahui bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki kadar fibrinogen
darah yang lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar
fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga
pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Dengan demikian, dapat menyebabkan
gangguan aliran darah.
2.3 Gejala Penyakit Strok
Sebagian kasus stroke
bisa terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan jaringan
otak dalm beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah
buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak
yang mati(stroke in evolution)
Perkembangan penyakit
biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana
perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa
perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang
terkena.
Membaca isyarat stroke
dapat dilakukan dengan mengamati bebrapa gejala stroke berikut.
a.
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu
sisi tubuh.
b.
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
c.
Penglihatan ganda
d.
Pusing
e.
Bicara tidak jelas (rero)
f.
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
g.
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
h.
Pergerakan yang tidak biasa.
i.
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
j.
Ketidak keseimbangan dan terjatuh.
k.
Pingsan.
Kelainan neurologis
yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas,
berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke
bisa menyebabkan depresi atau ketidakmamppuan untuk mengendalikan emosi
Stroke juga bisa
menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam
tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan
otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak
bertambah luas.
Gejala-gejala serangan
stroke pada seseorang dapat dikenali antara lain: tiba-tiba lemah (lumpuh) pada
satu sisi tubuh (sisi kiri atau kanan); rasa baal dan kesemutan pada satu sisi
tubuh;pandangan gelap; bila melihat ada bayangan
(melihat dobel);
tiba-tiba tidak dapat atau lancar berbicara; pelo; mulut jadi mengot (miring ke
kiri atau kana); tiba-tiba perasaan mau jatuh saat akan berjalan; kadang-kadang
disertai pusing terasa berputar,mual-mual dan muntah, sakit kepala, atau
kesadaran tiba-tiba menurun. Gejal-gejala tersebut dapat ditemukan salah satu
saja atau bisa muncul beberapa gejala sekaligus, tergantung berat dan letak dan
lesi pada otak orang tersebut.
Gejala-gejala yang disebutkan
di atas bisa muncul tiba-tiba saat sedang santai (menonton atau sedang
mengobrol) atau ketika melakukan aktivitas (olahraga, bekerja di kantor atau di
lapangan) atau ketika bangun tidur.
Sebagai contoh: Saat
bangun tidur, hendak ke kamar mandi, tiba-tiba terjatuh tanpa ada yang
menghalangi atau tersandung oleh sesuatu. Bila mash sadar, sesaat kemudian
sadar kalau sebelah kakinya sulit digerakkan, begitu pun sebelah lengannya pada
sisi yang sama sulit diangkat. Mungkin bicaranya pelo, mulut jadi mengot,
kadang-kadang muntah dan mengeluh pusing atau sakit kepala, bahkan bisa menjadi
pingsan atau mengorok.
Contoh lain
misalnya sedang menonton, tiba-tiba bicara jadi berubah, jadi cedel atau pelo,
kadang-kadang tungkai dan lengan satu sisi yang sama jadi lemah dan sulit
digerakkan. Jadi hal ini terjadi, sebaiknya secepatnya ke pelayanan kesehatan
terdekat untuk menerima pertolongan pertama, agar serangan stroke ini dapat
ditangani seceaptnya dan tidak menjadi lebih buruk lagi.
Namun, gejala-gejala
stroke di atas bervariasi dan itu tergantung pada bagian otak yang terserang
serta beberapa luas kerusakan lainnya. Gejala awal sebelum terjadi stroke yang
sebenarnya disebut Transient Ischemic Attack (TIA). TIA terjadi bila
suplai darah ke otak berkurang untuk waktu yang singkat yang hanya menyebabkan
kerusakan sementar. TIA kadang sering disebut ministroke karena gejalanya sama
dengan stroke tetapi gejala hilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
Segera hubung sarana
kesehatan terdekat bila melihat atau mengalami gejala-gejala tersebut.
Penanganan yang lebih dini akan lebih efektif, karena setiap detik
sangat berharga.
Banyak kondisi-kondisi
lain yang menyerupai sroke, misalnya serangan jantung, kerusakan otak karena
benturan di kepala serta epilepsi harus bisa membedakan.
C. Hubungan
Strok Pada Usia Muda
1. Pengertian
Remaja
Fase remaja
adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan
dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).
Menurut Dorland
(2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara pubertas dan
selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19 tahun”.
Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan bahwa fase
remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.
Masa remaja
merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak
sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat
berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya)
lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.
a.
Tahap Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja dimulai
dari fase praremaja sampai dengan fase remaja akhir berdasarkan pendapat
Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri khas pada
masing-masing fase.
1. Fase
Praremaja
Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens
sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry,
2005). Menurut Hall seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth
or preadolescence) adalah masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur
8-12 tahun.
Fase praremaja ini ditandai dengan
kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang
dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah
kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang
memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian
(Sunaryo,2004:56).Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja
yaitu,belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi,
berkompromi dan kerjasama.
2. Fase
Remaja Awal (early adolescence)
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari
praremaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga,
remaja mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut
Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah
suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa
anak-anak.
Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal
terpenting pada fase ini, antara lain:
a.
Tantangan
utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
b.
Terjadi
perubahan fisiologis.
c.
Terdapat
pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan
keintiman dengan jenis kelamin yang sama.
d.
Jika
erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.
e.
Timbul
banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
f.
Tugas
perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan
jenis kelamin yang berbeda.
3. Fase
Remaja Akhir
Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas
seksual yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga
terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini
merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan
sebagai masyarakat dan warga negara.
Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas
perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually,
dan emotionally self sufficient.
b.
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
1. Perkembanang
Biologis
Perubahan fisik yang terjadi pada
remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki)
dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya,
Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa
perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan
tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang,
tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai
pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Potter &
Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan
payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol
oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet
dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi
genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal
tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina
memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.
Sedangkan pada
anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain; pertumbuhan
tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal
perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi
keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya,
tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir
perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh
bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran
penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.
Perry&Potter
(2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah:
a. Peningkatan kecepatan pertumbuhan
skelet, otot dan visera
b. Perubahan spesifik-seks, seperti
perubahan bahu dan lebah pinggul
c. Perubahan distribusi otot dan lemak
d. Perkembangan sistem reproduksi dan
karakteristik seks sekunder.
Pada
dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan
kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan
terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan
alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono,
2002:94).
2. Perkembangan
Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock,
2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15
tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada
pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong
untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri
biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan
gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman
akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan
baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.
Menurut Piaget
(dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal
bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak
dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar
abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan
karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir
secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana
untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang
terpikirkan.
Dalam perkembangan
kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan
pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja
3. Perkembangan
Sosial
Potter&Perry (2005:535)
mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama
dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh
mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.
Santrock (2003:
24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam
hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan
dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua,
serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan
remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat
merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John
Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja
untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting
mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.
Pencarian
identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial adelesens.
Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara
sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi
identitas seksual, identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan,
identitas kesehatan dan identitas moral.
c.
Ciri Khas Remaja
1. Hubungan
dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman
sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat
kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock,
2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola
hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman
sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan
teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam
aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa
teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan
perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa
semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan
kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh
lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.
Pada saat
remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai membangun
identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih
dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat
remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi
di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal,
remaja mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan
psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi
ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.
Ada beberapa
beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206)
yaitu :
a. Menciptakan interaksi sosial yang
baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b. Bersikap menyenangkan, baik dan
penuh perhatian.
c. Tingkah laku yang prososial seperti
jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d. Menghargai diri sendiri dan orang
lain.
e. Menyediakan dukungan sosial seperti
memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang
sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.
Ada
beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock
(2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a. Akan merasa kesepian karena
kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
b. Anak merasa tidak bahagia dan tidak
aman.
c. Anak mengembangkan konsep diri yang
tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d. Kurang mmemiliki pengalaman belajar
yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e. Akan merasa sangat sedih karena
tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f.
Sering
mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan
penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk
mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g. Akan hidup dalam ketidakpastian
tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas,
takut, dan sangat peka.
h. Sering melakukan penyesuaian diri
secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.
Sementara
itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh
jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a. Merasa senang dan aman.
b. Mengembangkan konsep diri menyenangkan
karena orang lain mengakui mereka.
c. Memiliki kesempatan untuk
mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan
sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d. Secara mental bebas untuk mengalihkan
perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di
luar diri mereka.
e. Menyesuaikan diri terhadap harapan
kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
2. Hubungan
dengan Orang Tua Penuh Konflik
Hubungan dengan orang tua penuh
dengan konflik ketika memasuki masa remaja awal. Peningkatan ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan
kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan
sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan
pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan
remaja.
Collins (dalam
Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka
berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut,
melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua
cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan
kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian
tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan
orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock,
(2002: 24) yaitu :
a. menetapkan aturan-aturan dasar bagi
pemecahan konflik.
b. Mencoba mencapai suatu pemahaman
timbale balik.
c. Mencoba melakukan corah pendapat
(brainstorming).
d. Mencoba bersepakat tentang satu atau
lebih pemecahan masalah.
e. Menulis kesepakatan.
f. Menetapkan waktu bagi suatu tindak
lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
3. Keingintahuan
Tentang Seks Yang Tinggi
Seksualitas mengalami perubahan
sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang
(Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada
fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana
individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa
perkembangan manusia lainnya.
Remaja menghadapi
banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topik-topik
seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap hubungan
intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31).
Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman
sebaya. Bahkan informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan
penhgetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini
dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa
kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak
kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam
konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).
4. Mudah stress
Menurut Potter&Perry (2005:476),
Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan
non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan
tindakan. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat
mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut
berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai
penyakit.
Remaja juga
sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki
keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan
itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja
cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja
mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau
meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman
sebayanya.
2.
Penyebab Terjadinya Strok Pada Usia Muda
Isabel Manchip, seorang anak
perempuan kelahiran Inggris, sudah mengalami sejak usia 1 tahun yang awalnya
diduga terkena cacar air. Pada akhirnya, pasien tersebut didiagnosis mengalami
stroke pada usia yang masih sangat muda tersebut.
Stroke
didefinisikan sebagai manifestasi klinik gangguan otak fokal (setempat) atau
global (menyeluruh) yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan pembuluh
darah. Dengan kata lain, kejadian stroke melibatkan komponen pembuluh darah
(termasuk isinya) di otak, gangguan saraf pusat (otak atau sumsum tulang), dan
berlangsung cukup lama.
Konsep penting
yang perlu dipahami pula di sini adalah kekurangan oksigen dari sel-sel otak
untuk bekerja. Oleh karena itu, sumbatan pembuluh darah dan kurangnya aliran
sel darah merah di dalam otak oleh sebab apapun dapat memunculkan stroke
sebagai hasil akhirnya. Secara garis besar, stroke dikelompokkan menjadi dua:
stroke perdarahan atau stroke penyumbatan (disebut iskemik). Pada orang muda,
stroke penyumbatan lebih sering ditemui daripada stroke perdarahan.
Sejumlah faktor
risiko terkena stroke memang dapat ditemukan pada orang muda dan temuan
tersebut sedikit berbeda pada orang yang lebih tua. Pada usia muda, perhatian
ditujukan pada beberapa faktor risiko berikut
a. Merokok
Merokok sebanyak 1-10 batang per
hari memiliki risiko 2.2 kali, sedangkan lebih dari atau sama dengan 40 batang
rokok per hari berisiko 9.1 kali. Dalam hubungannya dengan stroke, peningkatan
pembekuan darah serta kerusakan struktur pembuluh darah menjadi mekanisme yang
ditimbulkannya sehingga mempermudah pengendapan lemak maupun sumbatan di dalam
pembuluh darah secara keseluruhan, termasuk di dalam otak.
b. Migraine.
Migraine memegang
peranan hingga 2 kali lipat daripada orang tanpa migraine dalam membentuk
stroke. Namun, belum banyak terjelaskan bagaimana mekanismenya. Dugaan terakhir
menunjukkan penurunan aliran darah di otak karena memang migraine menunjukkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah akibat spasme saat serangan. Biasanya
pembuluh darah di sisi belakang lebih banyak terkena. Perhatikan pula bahwa
kelainan di pembuluh darah itu sendiri dapat menyebabkan migraine yang
berlanjut menjadi stroke, seperti rusaknya lapisan pembuluh darah.
c. Kehamilan.
Kehamilan jarang
menyebabkan stroke. Pada umumnya kejadiannya berkisar pada beberapa hari
menjelang hingga 6 minggu sesudah kelahiran. Perlu dimengerti bahwa kehamilan
itu sendiri bukanlah menjadi faktor risiko stroke, melainkan beberapa keadaan
yang diakibatkannyalah yang menjadi pencetus kemungkinan timbulnya stroke.
Kehamilan dapat menyebabkan darah lebih kental, eklamsia, atau perubahan pada
struktur jantung. Timbulnya keadaan tersebutlah yang menjadi faktor risiko
terjadinya stroke.
d. Obat
Terlarang.
Obat terlarang
suntikan dapat saja menyebabkan terbentuknya sumbatan akibat dari bahan-bahan
asing penyerta serta infeksi pada jantung sebagai asal-muasal kejadian stroke
pada pasien. Obat-obatan dengan efek pada saraf simpatis dapat menyebabkan pula
peradangan pada pembuluh darah, peningkatan pembekuan darah, hingga hipertensi
mendadak. Amfetamin dan kokain merupakan contoh obat yang dapat menyebabkan hal
tersebut.
e. Kontrasepsi
Oral.
Kontrasepsi oral,
terutama dengan kandungan estrogen tinggi, memiliki risiko 4 kali lipat,
sedangkan estrogen rendah berisiko 2 kali lipat. Namun, secara keseluruhan
penelitian, kasus stroke pada mereka yg mengonsumsi pil kontrasepsi tergolong
rendah (4 dari 100.000 wanita per tahun). Risiko tersebut biasanya baru
meningkat jika memang memiliki migraine atau faktor risiko lainnya.
D. Kerangka Pemikiran
|
|
|
Keterangan
:
:
Faktor yang diteliti
:
Faktor yang tidak diteliti
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian
ini adalah penelitian analitik, dengan pendekatan Case Control study, yakni membandingkan
antara kelompok kasus dengan kelompok control berdasarkan kasus terpaparnya,
dengan menggunakan pendekatan retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat
ini kemudian faktor resikonya diidentifikasi
terjadinya pada waktu lain.
Rancangan
penelitian Case Control
Faktor resiko +
G Strok
Faktor resiko –
Matching
:
-
Merokok Populasi
-
Migraine (sampel)
Faktor resiko + Bukan
Strok
Faktor resiko –