Jumat, 14 November 2014

Tawuran Antar Plajar



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tawuran sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita. Inilah beberapa contoh yang bisa saya kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang dilakukan oleh para remaja beberapa bulan yang lalu. Bentrokan pertama terjadi saat sejumlah pelajar SMAN 70 menyerang para pelajar SMAN 6 di Bulungan, Jakarta Selatan. Aksi yang terjadi Senin, 24 September 2012, pecah pada pukul 12.10.

Dalam bentrokan ini dua pelajar SMAN 6 mengalami luka-luka. Sedang satu pelajar tewas, yaitu Alawi Yusianto. Polisi sudah menangkap satu pelaku utama berinisial FR, pelajar kelas XI SMAN 70.Selang dua hari, tawuran kembali terjadi di Jalan Minangkabau, Manggarai, Jakarta Selatan. Kali ini melibatkan para pelajar dari SMA Yayasan Karya 66 (Yake) dan SMK Kartika Zeni. Kembali satu pelajar tewas dengan luka bacok di perut atas nama Deni Yanuar, siswa kelas XII SMA Yayasan Karya 66 (Yake). Tak lama usai bentrok, polisi meringkus pembacok dari SMK Kartika Zeni berinisial AD. Masih di hari yang sama namun di tempat terpisah, bentrok antarpelajar pecah di Jalan Komodor, Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur. Susilo, 15 tahun, murid kelas X SMK Mahardhika, diserang dua pelajar SMK. Kendati terkena sabetan celurit, nyawa Susilo bisa diselamatkan saat dibawa ke Rumah Sakit UKI, Cawang. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa menggangu ketenangan masyarakat. Sebaliknya, mereka merasa bangga jika masyarakat takut dengan geng / kelompok nya. Berdasarkan data dari Polda Metro Jaya, dari Januari hingga September 2012, tercatat ada sembilan kasus tawuran yang melibatkan pelajar. Sebanyak empat kasus terjadi di Jakarta Selatan, dua kasus di Jakarta Timur, dan satu kasus masing-masing terjadi di Jakarta Pusat, Depok, dan Bekasi.

1.2  Tujuan
Tujuan dari penulisan ini :
a.       Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tawuran dan dampaknya
b.      Sebagai pengetahuan pembaca mengenai arti penting nya kedekatan dengan keluarga dan yang paling terpenting adalah kedekatan dengan TUHAN
c.       Untuk menghimbau pada pembaca untuk “STOP TAWURAN” yang hanya merugikan diri sendiri dan orang lain,  karna banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan dan lebih bermanfaat daripada tawuran.

1.3  Rumusan Masalah
a.       Fenomena tawuran yang masih terus menerus terjadi dikalangan pelajar
b.      Faktor-faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar
c.       Dampak yang ditimbulkan dengan adanya tawuran
d.      Keterlibatan peran serta orang tua, guru, pihak sekolah, serta lingkungan sekitar

1.4  Sasaran
a.       Kepada para pelajar agar lebih mengerti bahaya tawuran
b.      Kepada orang tua dan guru agar lebih memperhatikan anak didiknya
c.       Kepada pihak sekolah agar memperketat pengawasan kepada siswanya.
d.      Kepada seluruh pembaca agar dapat menciptakan situasi yang aman dan kondusif.



BAB II
PEMBAHASN

2.1 Pengertian Tawuran
a. Menurut Wikipedia
Tawuran atau Tubir adalah istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia, khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Sebab tawuran ada beragam, mulai dari hal sepele sampai hal-hal serius yang menjurus pada tindakan bentrok. Tawuran merupakan suatu penyimpangan sosial berupa perkelahian

b. Menurut KBBI
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
1.       Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2.       Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada masa remaja seorang remaja akan cenderung membuat sebuah genk yang mana dari pembentukan genk inilah para  remaja bebas melakukan apa saja tanpa adanya peraturan-peraturan yang harus dipatuhi karena ia berada dilingkup kelompok teman sebayanya.

2.2  Penyebab-penyebab Tawuran
Penyebab terjadinya tawuran antar pelajar antara lain disebabkan karena ;
a.      Faktor Internal
Faktor internal ini berhubungan dengan pribadi siswa, yaitu perilaku yang berkaitan erat dengan kebiasaan buruk yang terus berkembang dan tidak adanya pengawasan dari orang lain, kurangnya komunikasi yang baik sehingga dalam suatu permasalahan tidak bisa terselesaikan dengan baik pula, kurangnya pengetahuan yang komplek terhadap aspek lingkungan sekitar , antara lain : agama, sosial, budaya, ekonomi, dll, serta ketidakstabilan emosi yang tidak bisa dikendalikan disaat sesorang butuh pengakuan atas keberadaannya.

b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini adalah faktor yang datangnya dari luar, yang sangat mempengaruhi individu, antara lain :
1.      Faktor Orang Tua atau Keluarga
Peran serta orang tua atau keluarga sangatlah penting, karena didikan pertama berasal dari sini. Maka dari sinilah dituntut peran orang tua dalam mendidik anaknya dengan benar, karena orang tua akan menjadi teladan untuk anak-anaknya, pendidikan moral, rasa kasih sayang dan perhatian kepada anak-anaknya bisa membuat anak merasa menjadi pribadi yang baik dan anak akan merasa nyaman, serta keharmonisan atau kedekatan antara orang tua dengan anak sangatlah dibutuhkan untuk membangun komunikasi yang baik dari sedini mungkin.

2.      Faktor Sekolah
Sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu, namun tidak bisa dipungkiri bahwa asal mula pemilihan sekolah bisa berdampak baik/buruk untuk para siswanya, jadi jangan salah pilih.

Sekolah tidak hanya untuk menjadikan  para siswa pandai secara akademik namun juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik.,sebagai contoh perilaku seorang guru haruslah menjadi teladan bagi murid-muridnya dan pengawasan yang ekstra saat berada dilingkungan sekolah

3.      Faktor Lingkungan dan masyarakat
Selain faktor keluarga dan sekolah, faktor lingkungan juga sangatlah penting baik itu lingkungan disekitar rumah ataupun sekolah, karena dalam kesehariannya seorang individu haruslah bersosialisasi, dalam hal ini bisa diartikan sebagai teman sepermainan. Apabila kita berada dalam lingkungan yang kurang baik maka secara lambat laun apabila kita tidak bisa mengendalikan atau mengontrol diri maka akan terbawa ke pergaulan yang kurang baik juga, begitupula sebaliknya, dan sering terjadi peristiwa dimasyarakat yang bersifat kriminal bisa langsung dilihat dengan media-media seperti tv, radio, sosial networking,dll , hal ini juga bisa membuat pola fikir seorang siswa tersulut bilamana tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang benar.


2.3  Dampak akibat tawuran
Dampak-dampak yang ditimbulkan akibat tawuran antara lain sebagai berikut:
a.       Kerugian Fisik , seperti cidera ataupun kehilangan nyawa
b.      Kerugian Non Fisik, seperti rusaknya sarana-sarana ditempat kejadian tawuran
c.       Rasa malu orang tua dan pihak sekolah atas ketidakberhasilan mendidik anak didiknya
d.      Tidak respeknya orang-orang disekitar
e.       Proses pembelajaran yang tertunda, dikarenakan skorsing ataupun di keluarkan dari sekolah
f.       Dipenjarakan
g.      Menurunnya moralitas para pelajar

2.4  Cara-cara untuk menghindari tawuran
a.       Memberikan pendidikan moral yang baik
b.      Adanya Figur yang menjadi teladan, yang bisa memberikan contoh yang baik, seperti orang tua, guru ataupun teman)
c.       Orang tua memberikan perhatian lebih dengan mengakui keberadaannya
d.      Menggunakan waktu luang dengan mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang diselenggarakan oleh sekolah ataupun kegiatan diluar sekolah, seperti olahraga, kegiatan musik, les, atau mengikuti suatu organisasi yang bermanfaat.
e.       Lebih dekat dengan keluarga, karena banyak hal yang bisa didiskusikan dan bisa dipecahkan bersama-sama.


2.5  Analisis mengenai Tawuran  menggunakan Prinsip SWOT
a.      Kekuatan (Strength)
Beberapa point yang dianggap sebagai nilai positif dari apa yang akan mereka lakukan :
1.      Merasa jantan dan terkesan hebat
2.      Membela “Nama Baik” sekolah supaya tidak dilecehkan oleh sekolah lain atau membela teman untuk membalaskan dendamnya
3.      Keberadaan atau eksistensi dirinya maupun nama sekolah akan diakui kehebatannya

b.      Kelemahan (Weakness)
Pada point ini lebih kepada keberadaan atau eksistensi sebelumnya dari pelajar itu sendiri, antara lain :
1.      Dianggap sebagai pengecut dan tidak dianggap
2.      Masalah sepele yang tidak dipecahkan dengan akal sehat
3.      Mereka menganggap kesendirian adalah suatu kelemahan, sehingga bergabung menjadi satu dalam suatu geng atau kelompok akan menjadi kuat
4.      Pemikian para pelajar yang masih cenderung emosial atau belum labil.
5.      Kurangnya perhatian dari orang tua, serta lingkungan sekitar.

c.       Peluang (Opportunity)
1.      Kurangnya perhatian dari orangtua, dan guru terhadap mereka.
2.      Kurangnya komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua ataupun orang dewasa disekitar mereka.
3.      Kurangnya pengawasan dari pihak sekolah untuk memantau kegiatan para siswanya.
4.      Ketidakdisiplinan atau ketidaktegasan pihak sekolah dalam memberi sanksi kepada para siswanya yang bermasalah.
5.      Kurangnya kegiatan-kegiatan positif diluar jam sekolah.
d.      Tantangan/Hambatan (Threats)
Kemungkinan ancaman yang akan mereka terima , apabila mereka melakukan tawuran , antara lain
1.      Di tangkap polisi / dipenjarakan
2.      Di keluarkan dari sekolah atau di beri sanksi
3.      Senjata dari musuh yang dapat melukai diri para pelajar dan orang lain
4.      Kehilangan nyawa






















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Permasalahan yang timbul seperti Tawuran antar pelajar memang bukanlah masalah sepele, dikarenakan makin banyaknya peristiwa serupa yangterjadi belakangan ini, hal ini sangat disayangkan karena tidakan tersebut sangatlah tidak terpuji, dan eksistensi diri para pelajarlah sebagai pemicu terjadinya bentrok antar pelajar.

Kita harus semakin prihatin akan peristiwa yang terjadi disekitar kita, karena banyak faktor yang melatar belakanginya, antara lain faktor internal, yaitu pribadi atau individu dan faktor eksternal, seperti ; orang tua, sekolah, dan lingkungan sekitar, dalam hal ini orang tua sangat memiliki peranan penting dalam mendidik anak, karena teladan dan contoh yang baik bisa membuat seorang anak menjadi baik, begitupula sebaiknya, dan peran serta sekolah serta lingkungan juga sangat diharapkan, dimana kondisi yang kondusif bisa berdampak pada keadaan sekitar.

Banyak hal yang bisa dipelajari dari peristiwa ini, selain dari dampak yang tentunya sangat-sangat merugikan diri sendiri dan juga orang lain, serta cara-cara yang bisa diterapkan untuk menghindari terjadinya tawuran.

3.2  Saran
Dalam menyikapi masalah seperti tawuran pelajar ini, penulis memberikan beberapa saran/rekomendasi. yaitu :
1.      Memberikan pembelajaran tentang moral yang baik dan pemahaman tentang aspek-aspek social
2.      Orang tua atau keluarga harus bisa menjadi tempat yang hangat untuk seorang anak, harmonisasi dalam keluarga sangat berpengaruh untuk menciptakan suasana yang nyaman, dan sikap saling menghargai, perhatian yang lebih, serta komunikasi harus dibina sejak dini.
3.      Masyarakat mesti menyadari akan perannya dalam menciptakan situasi yang kondusif
4.      Lembaga pendidikan formal atau sekolah sudah semestinya memberikan pelayanan yang baik untuk membantu para pelajar mengasah kemampuan dan mengembangkan segala potensi yang ada didalam dirinya, dan memberi pengarahan yang baik serta pengawasan yang ekstra kepada anak muridnya.
5.      Untuk pihak kepolisian agar lebih memberikan perlindungan kepada masyarakat, terutama saat terjadinya peristiwa serupa, supaya dapat segera diantisipasi


DAFTAR PUSTAKA
                                             


httpp://iftitahnj.blogspot.com/2011/06/makalah-tawuran-pelajar.html

http://bilikbambu276.blogspot.com/2013/06/karya-tulis-ilmiah-bahasa-indonesia.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar