Sabtu, 15 November 2014

Faktor - Faktor Penyebab Meningkatnya Kejadian Strok Pada Usia Muda



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Indonesia  adalah  salah satu Negara berkembang yang masih memiliki masalah dibidang kesehatan. Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Stroke merupakan masalah bagi negara-negara berkembang. Di dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000 diantaranya dengan serangan berulang. Sekitar 28,5% penderita stroke di Indonesia meninggal dunia. Penelitian menunjukkan, stroke menyerang pria 30% lebih tinggi katimbang wanita.Ya mungkin itu menurut anda adalah penyakit yang di alami oleh orang tua, akan tetapi fakta di Amerika Serikat sekitar 15 ribu pria di bawah usia 45 tahun yang terkena stroke.

Namun fakta yang mencenangkan adalah stroke tidak hanya memonopoli orang yang sudah tua, namun juga bisa menimpa manusia yang yang masih tergolong usia produktif. Hal itu terjadi karena berbagai perubahan gaya hidup dan pola makan yang semakin instan dan tidak mengindahkan masalah kesehatan dari akibat perilaku dan gaya hidup serta pola makan yang dilakukan.

Hal ini juga diakui oleh Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Laksamana TNI (Pur) Sudomo. Menurutnya, penyakit stroke bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jabatan ataupun tingkatan sosial ekonomi. Dalam daswarsa terakhir ini, sesuai dengan pengamatan dan peninjauan Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) di rumahsakit maupun yang berada dalam masyarakat, terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.

Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan menurut survei tahun 2004, stroke merupakan nomer satu di RS Pemerintah di seluruh penjuru di Indonesia. Stroke sangat mengerikan. Serangan telak pada otak atau stroke merampas kebahagiaan dan bahkan mengubah kehidupan pasien dan keluarganya. Kemampuan berpikir, beraktivitas, berbicara, dan kebahagiaan lenyap ketika stroke telah menimpa seseorang. Kecacatan akibat stroke juga menambah beban materi dan mental bagi keluarga. Fakta inilah yang membuat sebagian orang miris menghadapi stroke. Beberapa dasawarsa yang lalu, stroke identik sebagai penyakit kaum manula, namun kini banyak kaum muda yang mendapat serangan stroke. Tak heran jika stroke semakin sering menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Stroke merupakan penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker.

Stroke memang mencemaskan semua orang, namun tidak seharusnya menyebabkan kepanikan. Masih ada jalan untuk mencegah dan bahkan menyembuhkan stroke. Sebelum stroke minimpa kita dan orang-orang yang kita kasihi, ada baiknya kita perlu tahu segala tentang stroke. Sebuah saran bijak bagi kita semua, “mencegah jauh lebih baik daripada mengobati”. Namun, seandainya stroke akhirnya tidak dapat dihindari, kita telah bersiap diri untuk mengatasinya. Semua kekhawatiran akan stroke dapat ditiadakan jika kita tahu segala hal tentang stroke dan penanganannya.

Penyakit Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak (cerebrovascular disease) yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Penyakit Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.

Penyakit stroke adalah gangguan fungsi otak akibat aliran darah ke otak mengalami gangguan (berkurang). Akibatnya, nutrisi dan oksigen yang dbutuhkan otak tidak terpenuhi dengan baik. Penyebab stroke ada 2 macam, yaitu adanya sumbatan di pembuluh darah (trombus), dan adanya pembuluh darah yang pecah. Umumnya stroke diderita oleh orang tua, karena proses penuaan menyebabkan pembuluh darah mengeras dan menyempit (arteriosclerosis) dan adanya lemak yang menyumbat pembuluh darah (atherosclerosis). Tapi beberapa kasus terakhir menunjukkan peningkatan kasus stroke yang terjadi pada usia remaja dan usia produktif (15 - 40 tahun). Pada golongan ini, penyebab utama stroke adalah stress, penyalahgunaan narkoba, alkohol, faktor keturunan, dan gaya hidup yang tidak sehat.

B.     Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka beberapa masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah
a.       Apa yang menyebabkan meningkatya kejadian strok pada usia muda?



C.    Tujuan
1.      Tujuan Umum
a.       Untuk mengetahui hubungan penyebab terjadinya strok pada usia muda.

2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui distribusi terjadinya strok pada usia muda

D.    Manfaat Penelitian
Memperluas wawasan tentang penyakit strok, strok terjadi bukan hanya pada usia lanjut tapi strok bias terjadi pada usia muda.


















BAB II
TINJAUN PUSTAKA

A.    Tinjauan Umum Penyakit Strok
1.      Pengertian Strok
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca B. Batticaca).

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)

Stroke merupakan gangguan sirkulasi serebral dan merupakan satu gangguan neurologik pokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologik pada pembuluh darah serebral misalnya trombosis, embolus, ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar, misalnya arterosklerosis arteritis trauma aneurisma dan kelainan perkembangan (Price, 1995).

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius karena ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Selain itu, tampak adanya kecenderungan peningkatan insidennya (Bustan, 2007).


2.      Klafikasi Strok
Sepintas stroke menimbulkan dampak visual yang hampir sama, namun sesungguhnya setiap pasien mengalami kondisi yang berbeda-beda terkait dengan stroke yang dialaminya. Hal tersebut terjadi karena faktor penyebab yang berbeda-beda pula. Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik atau stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah otak oleh plak (materi yang terdiri atas protein, kalsium, dan lemak) yang menyebabkan aliran oksigen yang melalui liang arteri terhambat. Adapun stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan otak akibat pecahnya pembuluh darah otak.
2.1  Stroke Iskemik
Sekitar 82% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik. Penggumpalan darah yang bersirkulasi melalui pembuluh arteri merupakan penyebab utama stroke iskemik. Kondisi yang terjadi mirip dengan gangguan arteri (aterosklerosis) pada arteri jantung. Ketika lemak terutama kolestero, sel-sel arteri yang rusak, kalsium serta materi lain bersatu dan membentuk plak, maka plak tersebut akan menempel di bagian dalam dinding arteri terutama di bagian percabangan arteri. Pada saat yang bersamaan, sel-sel yang menyusun arteri memproduksi zat kimia tertentu yang menyebabkan plak tersebut menebal dan akhirnya liang arteri menyempit. Penyempitan liang arteri menyebabkan aliran darah yang akan melalui liang tersebut terhambat. Lokasi penyumbatan tersebut dapat terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis) , pembuluh darah sedang (arteri selebris) atau pembuluh darah kecil. Jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah kecil maka dampak yang ditimbulkan tidak parah. Dalam istilah medis disebut infraction lacunar.

Proses penyumbatan pembuluh darah merupakan peristiwa yang rumit untuk dijelaskan dan dipahami oleh awam. Semuanya berawal dari luka yang dipicu oleh radikal bebas, toksin yang berasal dari rokok, dan lemak tak sehat (terutama lemak trans) yang bercampur dengan darah serta akibat infeksi patogen tertentu pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya, pembuluh darah yang terluka tertutup oleh endapan lemak yang bersatu dengan materi lainnya. Jika plak tersebut akhirnya terlepas, maka gumpalan plak inilah yang menyebabkan liang pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah yang melewati liang tersebut terhambat.


Melambatnya aliran darah yang melalui arteri atau bahkan terhentinya pasokan darah ke otak bukan persoalan sepele. Otak sangat membutuhkan suplai darah untuk memelihara agar sel otak tetap hidup. Darah membawa oksigen dan nutrisi  penting yang diperlukan untuk kehidupan sel otak. Tanpa pasokan oksigen dan nutrisi yang memadai, lama-kelamaan sel otak akan mati. Suplai oksigen yang lambat menuju ke otak kebanyakan disebabkan aterosklerosis yang terjadi pada  pembuluh darah pada leher dan kepala. Penyebab lainnya adalah penyumbatan pembuluh darah jantung yang menyebabkan darah yang berasal dari jantung tidak dapat disalurkan ke otak.

Stroke iskemik umumnya menyerang pada pagi hingga siang hari (pukul 6.00-12.00) dimana tekanan darah secara alami mengalami peningkatan dari pagi hingga siang hari sehingga menyebabkan peningkatan perdarahan pada plak pembuluh darah (infraplak hemoragik). Kondisi seperti ini menyebabkan penyempitan (stenosis) pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis, peningkatan kekentalan (viskositas) darah, peningkatan agregrasi platelet, dan penurunan aktivitas tPA (endogen tissue plasminogen activator).

Berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke iskemik dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik trombolitik dan stroke iskemik embolitik.
2.1.1        Stroke iskemik trombolitik
Hampir separuh insiden stroke iskemik merupakan stroke iskemik trombolitik. Jenis stroke ini ditandai dengan penggumpalan darah pada pembuluh darah yang mengarah menuju otak. Biasa pula disebut dengan selebral trombosis. Proses trombosis dapat terjadi di dua lokasi yang berbeda, yaitu pembuluh darah besar dan pembuluh darah kecil.
Trombosis pada pembuluh darah besar erat kaitannya dengan aterosklerosis, sedangkan trombosis pada pembuluh darah kecil biasanya dialami oleh penderita hipertensi. Kadar kolesterol LDL yang tinggi menjadi pemicu aterosklerosis yang selanjutnya mendorong trombosis di pembuluh darah besar.  Hiperkolestrolemia terjadi pada sebagian besar penderita stroke iskemik, meskipun serangan stroke jenis ini dialami oleh penderita hiperkolesterolemia. Namun, perlu menjadi catatan penting bahwa tingginya kadar LDL teroksidasi merupakan faktor penting yang mengawali aterosklerosis yang berimbas pada trombosis di pembuluh darah besar.

Stroke iskemik trombolitik terjadi pada hampir 70% dari seluruh insiden stroke. Stroke iskemik trombolitik banyak dialami oleh para manula terutama yang memiliki riwayat hipertensi. Biasanya serangan stroke terjadi pada pagi atau siang hari. Pada banyak kasus, serangan stroke terjadi ketika seseorang baru bangun tidur. Sejumlah kasus bahkan terjadi saat orang masih berada diatas tempat tidur atau baru mulai beranjak bangun dari tempat tidur. Sebagian yang lainnya terjadi ketika yang bersangkutan sedang tidak beraktivitas atau menjalani aktivitas ringan ketika memulai hari baru setelah sebelumnya tidur selama berjam-jam.

2.1.2        Stroke Iskemik Embolitik
Merupakan jenis stroke iskemik dimana penggumpalan darah bukan terjadi pada pembuluh darah otak melainkan pada pembuluh darah yang lainnya. Kebanyakan insiden terjadi karena trombosis pada pembuluh darah jantung. Menurunnya pasokan darah dari jantung yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak adalah faktor utama yang menjadi penyebabnya.
Stroke iskemik embolitik sering dipicu oleh penurunan tekanan darah yang berlangsung drastis, misalnya ketika seseorang melakukan fisik berat sehingga mengalami kelelahan fisik yang luar biasa. Itulah sebabnya mengapa stroke jenis ini banyak dialami oleh para pekerja lapangan yang harus bekerja keras sepanjang hari. Kelompok lain yang beresiko terhadap stroke iskemik embolitik adalah para atlet profesional yang memaksakan diri melakukan latihan berat diluar kemampuan tubuhnya.

Berbeda dengan serangan stroke iskemik trombolitikyang terjadi pada pagi hari, stroke iskemik embolitik dapat terjadi kapan saja, pagi, siang, atau malam hari. Pada umumnya, insiden dari stroke ini terjadi tanpa didahului oleh tanda-tanda yang dirasakan sebelumnya—— serangan stroke iskemik embolitik umumnya terjadi begitu saja seolah sebagai suatu kejutan bagi pasien dan orang-orang di sekitarnya. Inilah kejadian tak terduga yang membuat miris sebagian besar orang, stroke tiba-tiba datang tanpa ditandai dengan peringatan yang dapat diantisipasi sebelumnya.

Kadang-kadang sulit dipercaya, kita menemukan seseorang yang sedang giat bekerja tiba-tiba mengalami stroke. Dalam kejadian nyata, banyak pengemudi jarak jauh yang mengalami stroke iskemik embolitik. Sebagian diantaranya mengalami serangan stroke secara mendadak ketika mereka turun dari mobil setelah sekian jam lamanya memakskan diri mengenudikan mobilnya. Kasus yang sama juga dialami oleh seseorang yang sedang berpidato tiba-tiba roboh dan tak sadarkan diri akibat serangan stroke datang padanya secara tiba-tiba. Banyak yang salah mengerti dikira orang yang bersangkutan mengalami serangan jantung, padahal mendapat serangan otak atau mengalami stroke.

2.2  Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak mengalami kebocoran (perdarahan). Kebocoran tersebut diawali karena adanya tekanan yang tiba-tiba meningkat ke otak sehingga pembuluh darah yang tersumbat tersebut tidak dapat lagi menahan tekanan, akhirnya pecah, dan menyebabkan perdarahan. Perdarahan umumnya terjadi pada batang otak (brain stem), selaput otak (korteks), dan serebelum. Kebocoran tersebut menyebabkan darah tidak dapat mencapai sasarannya, yaitu sel otak yang membutuhkan suplai darah. Jika suplai darah terhenti, dapat dipastikan suplai oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak akan terhenti pula dan akhirnya sel otak menggalami kematian.

Ada sejumlah faktor yang memicu terjadinya stroke hemoragik. Salah satu penyebab stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah yang rapuh (aneurisme)—— mudah menggelembung dan rawan pecah terutama pada kelompok usia lanjut. Kondisi pembuluh darah yang lemah tidak kuasa menahan tekanan, akibatnya darah yang mengalir didalamnya tersembur keluar. Hipertensi adalah faktor resiko terkuat yang menyebabkan terjadinya perdarahan otak. Mereka yang secara genetik mengalami aneurisme beresiko tinggi mendapat serangan stroke hemoragik jika dibarengi dengan hipertensi yang dideritanya. Selain itu, trauma fisik yang terjadi di kepala atau leher serta tumor di kepala juga dapat mendorong perdarahan otak.


Jika stroke iskemik dibedakan berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke hemoragik juga dibedakan oleh lokasi terjadinya perdahan. Berdasarkan lokasi perdarahan, stroke hemoragik dibedakan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik intraselebral dan stroke hemoragik subaraknoid.
2.2.1        Stroke Hemoragik Intraselebra
Perdarahan terjadi di dalam otak, biasanya pada ganglia, batang otak, otak kecil, dan otak besar. Inilah stroke yang menimbulkan dampak paling fatal. Sebagian besar pasien yang mendapat serangan stroke jenis ini tidak dapat tertolong jiwanya karena untuk mengatasinya memerlukan tindakan operasi yang harus dilakukan sesegera mungkin. Operasi adalah tindakan penyelamatan yang paling memungkinkan untuk segera menghentikan perdarahan. Sayangnya tindakan ini beresiko cukup besar. Tingkat keberhasilannya relatif rendah terutama jika luasan otak yang mengalami perdarahan sudah parah. Jika jiwa pasien bisa diselamatkan, sebagian besar dari mereka umumnya kan mengalami kelumpuhan

2.2.2        Stroke Hemoragik Subaraknoid
Stroke hemoragik subaraknoid ditandai dengan perdarahan yang terjadi diluar otak, yaitu di pembuluh darah yang berada dibawah otak atau di selaput otak. Perdarahan tersebut menekan otak sehingga suplai darah ke otak terhenti. Ketika darah yang berasal dari pembuluh darah yang bocor bercampur dengan cairan yang ada di batang atau selaput otak, maka darah tersebut akan menghalangi aliran cairan otak sehingga menimbulkan tekanan.


Insiden stroke hemoragik subaraknoid yang paling sering terjadi pada penderita hidrosefalus. Pada saat yang bersamaan, pembuluh darah otak dapat terhimpit sehingga suplai oksigen dengan sendirinya terputus. Kondisi seperti ini mendorong terjadinya dua jenis stroke sekaligus, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

Meskipun jarang terjadi, stroke hemoragik subaraknoid juga dapat disebabkan tumor di kepala (cavernous angioma). Desakan yang terjadi akibat perkembangan tumor menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga suplai darah ke otak tidak dapat mencukupi kebutuhan otak. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka tekanan yang ditimbulkan oleh tumor menyebabkan dinding pembuluh darah terjepit dan tiba saatnya terjadilah perdarahan otak. Itulah sebabnya mengapa pasien yang menderita tumor otak sebagian besar diantaranya mengalami stroke.







Tabel 1. Perbedaan perdarahan Intraselebral dan Subaraknoid
Gejala
PIS
PSA
Waktu timbulnya
Dalam 1 jam
1-2 menit
Nyeri kepala
Hebat
Sangat hebat
Kejang
Umum
Sering fokal
Kesadaran
Menurun
Menurun
Tanda rangsangan meningen
+ (tidak ada)
Sementara
Hemiparese
++
+++
Gangguan saraf otak
+
+ (tak ada)






B.     Penyebab Strok
Penyakit stroke merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai dimasyarakat modern sekarang ini. Bukan hanya penderitanya yang dihadapkan pada suatu keadaan yang sangat menyiksa, namun juga keluarga manapun pada orang terdekat, beban yang ditimbulkan buasanya dari penderita penyakit strokemencakup beberapa hal, mulai dari segi fisik, emosi, maupun keuangannya. Dengan semua beban dipanggul seorang penderita penyakit stroke, sebagai keluarga, bagaimana cara kita menghadapinya?

Penderita penyakit pasca-stroke justru memerlukan perhatian yang lebih dari orang-orang yang mengasihinya, karena ini akan membantu proses pemulihannya menjadi lebih cepat. Ada fakta yang menarik, tidak ada satu pun serangan stroke ytang sama, dan tidak ada satu pun reaksi yang sama diantara dua orang yang terserang penyakit stroke. Salah satu faktor penyebab penyakit stroke adalah obesitas.

Mengapa obesitas disebut sebagai faktor penyebab penyakit stroke? Hal ini dikarenakan berat badan dan indeks massa tuuh yang mempunyai hubungan yang erat dengan tekanan darah. Distribusi lemak yang ada pada tubuh juga merupakan faktor yang penting dalam hubungannya dengan penyakit hipertensi. Hal inilah yang kemudian memacu dari terjadinya penyakit hipertensi, yang pada akhirnya bisa menjadi pemicu dari terjadinya penyakit stroke. Ada cara perhitungan berat badan yang cukup mudah, yakni dengan menilai dari Indeks Massa Tubuh (IMT) yang merupakan hasil perhitungan dari contohnya : Seseorang dengan berat badan 50 kg dan tinggi badan 170 cm, maka Indeks Massa tubuhnya adalah 50/(1,7)² = 17,30 .


Salah satu faktor penyebab penyakit stroke adalah karena merokok. Merokok bukan hanya menjadi faktor pemicu penyakit stroke namun juga merupakan faktor pemicu dari penyakit jantung koroner, penyakit lainnya juga. Seperti yang diketahui, asap rokok mengandung lebih dari seribu macam zat kimia berbahaya misalnya sepert ter, nikotin, karbonmonoksida, dan sebagainya. Merokok ini menyebabkan aliran darah di dalam tubuh menjadi lebih lambat menyebabkan darah menjadi lebih cepat menggumpal, dan mendorong terjadiny ateroksllerosis ppada pembuluh darah otak, jantung, dan juga tungkai.

Menurut sebuah jurnal yang ditulis oleh Sylvia Saraswati (2009) membagi faktor risiko dari penyebab stroke yang dibedakan menjadi 2 bagian, yakni faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

2.1  Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
2.1.1        Usia
Dari berbagai penelitian, diketahui bahwa suai semakin tua semakin besar pula risiko terkena stroke. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan) yang terjadi secara alamiah. pada orang-orang lanjut usia, pembuluh darah lebih kaku karena adanya plak.

2.1.2        Jenis kelamin
Laki-laki memiliki risiko lebih besar untuk terkena stroke dibanding perempuan. Hal ini mungkin terkait bahwa laki-laki cenderung merokok. Rokok, dapat merusak lapisan dari pembuluh darah tubuh.





2.1.3        Herediter
Terkait dengan riwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit stroke dibanding orang yang tanpa riwayat stroke pada keluarganya.

2.1.4        Ras atau Etnis
Dari berbagai penelitian, ditemukan bahwa ras kulit putih memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena stroke dibanding ras kulit hitam.

2.2  Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
2.2.1        Hipertensi
Orang yang tekanan darahnya tinggi mempunyai peluang besar untuk mengalami stroke. Bahkan, ini merupakan penyebab terbesar dari stroke. Alasannya, dalam hipertensi dapat terjadi gangguan aliran darah tubuh yaitu diameter pembuluh darah kelak akan mengecil sehingga darah yang mengalir ke otak pun akan berkurang, dengan pengurangan aliran darah otak (ADO), maka otak akan kekurangan suplai oksigen dan glukosa sehingga jaringan otak lama-lama akan mati.

2.2.2        Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti jantung koroner dan infark miokard (kematian otot jantung, bisa menjadi faktor terbesar pneyebab stroke). Seperti yang kita ketahui bahwa pusat dari aliran darah di tubuh terletak di jantung. Jika pusat pengaturan darah mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh mengalami gangguan, termasuk aliran darah menuju otak. Gangguan aliran darah itu bisa mematikan jaringan otak secara mendadak ataupun bertahap.

2.2.3        Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus atau kencing manis memiliki risiko mengalami stroke. Hal ini terkait dengan pembuluh darah penderita diabetes yang umumnya lebih kaku (tidak lentur). Adanya peningkatan ataupun penurunan kadar glukosa darah secara tiba-tiba juga dapat menyebabkan kematian otak.

2.2.4        Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan ketika kadar kolesterol di dalam darah berlebih. LDL yang berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah yang lama kelamaan akan semakin banyak dan menumpuk sehingga menganggu aliran darah.

2.2.5        Obesitas
Kegemukan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke. Hal tersebut terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolesterol dalam darah pada orang dengan obesitas, yaitu biasanya kadar LDL lebih tinggi dibanding kadar HDL.

2.2.6        Merokok
Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang merokok ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini dapat mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Dengan demikian, dapat menyebabkan gangguan aliran darah.



2.3  Gejala Penyakit Strok
Sebagian kasus stroke bisa terjadi secara mendadak, sangat cepat, dan menyebabkan kerusakan jaringan otak dalm beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati(stroke in evolution)

Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.

Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati bebrapa gejala stroke berikut.
a.       Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
b.      Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
c.       Penglihatan ganda
d.       Pusing
e.       Bicara tidak jelas (rero)
f.       Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
g.      Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
h.      Pergerakan yang tidak biasa.
i.        Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
j.        Ketidak keseimbangan dan terjatuh.
k.      Pingsan.

Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmamppuan untuk mengendalikan emosi
Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.

Gejala-gejala serangan stroke pada seseorang dapat dikenali antara lain: tiba-tiba lemah (lumpuh) pada satu sisi tubuh (sisi kiri atau kanan); rasa baal dan kesemutan pada satu sisi tubuh;pandangan gelap; bila melihat ada bayangan (melihat dobel); tiba-tiba tidak dapat atau lancar berbicara; pelo; mulut jadi mengot (miring ke kiri atau kana); tiba-tiba perasaan mau jatuh saat akan berjalan; kadang-kadang disertai pusing terasa berputar,mual-mual dan muntah, sakit kepala, atau kesadaran tiba-tiba menurun. Gejal-gejala tersebut dapat ditemukan salah satu saja atau bisa muncul beberapa gejala sekaligus, tergantung berat dan letak dan lesi pada otak orang tersebut.

Gejala-gejala yang disebutkan di atas bisa muncul tiba-tiba saat sedang santai (menonton atau sedang mengobrol) atau ketika melakukan aktivitas (olahraga, bekerja di kantor atau di lapangan) atau ketika bangun tidur.

Sebagai contoh: Saat bangun tidur, hendak ke kamar mandi, tiba-tiba terjatuh tanpa ada yang menghalangi atau tersandung oleh sesuatu. Bila mash sadar, sesaat kemudian sadar kalau sebelah kakinya sulit digerakkan, begitu pun sebelah lengannya pada sisi yang sama sulit diangkat. Mungkin bicaranya pelo, mulut jadi mengot, kadang-kadang muntah dan mengeluh pusing atau sakit kepala, bahkan bisa menjadi pingsan atau mengorok.

 Contoh lain misalnya sedang menonton, tiba-tiba bicara jadi berubah, jadi cedel atau pelo, kadang-kadang tungkai dan lengan satu sisi yang sama jadi lemah dan sulit digerakkan. Jadi hal ini terjadi, sebaiknya secepatnya ke pelayanan kesehatan terdekat untuk menerima pertolongan pertama, agar serangan stroke ini dapat ditangani seceaptnya dan tidak menjadi lebih buruk lagi.

Namun, gejala-gejala stroke di atas bervariasi dan itu tergantung pada bagian otak yang terserang serta beberapa luas kerusakan lainnya. Gejala awal sebelum terjadi stroke yang sebenarnya disebut Transient Ischemic Attack (TIA). TIA terjadi bila suplai darah ke otak berkurang untuk waktu yang singkat yang hanya menyebabkan kerusakan sementar. TIA kadang sering disebut ministroke karena gejalanya sama dengan stroke tetapi gejala hilang dalam beberapa menit sampai beberapa jam.

Segera hubung sarana kesehatan terdekat bila melihat atau mengalami gejala-gejala tersebut. Penanganan  yang lebih dini akan lebih efektif, karena setiap detik sangat berharga. Banyak kondisi-kondisi lain yang menyerupai sroke, misalnya serangan jantung, kerusakan otak karena benturan di kepala serta epilepsi harus bisa membedakan.

C.    Hubungan Strok Pada Usia Muda
1.      Pengertian Remaja
        Fase remaja adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah lakunya merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa (Damaiyanti, 2008).

        Menurut Dorland (2011), “remaja atau adolescence adalah periode di antara pubertas dan selesainya pertumbuhan fisik, secara kasar mulai dari usia 11 sampai 19 tahun”. Menurut Sigmun Freud (1856-1939), dalam Sunaryo (2004:44) mengatakan bahwa fase remaja yang berlangsung dari usia 12-13 tahun hingga 20 tahun.

        Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang tua.

a.      Tahap Perkembangan Remaja
        Tahap perkembangan remaja dimulai dari fase praremaja sampai dengan fase remaja akhir berdasarkan pendapat  Sullivan (1892-1949). Pada fase-fase ini terdapat beragam ciri khas pada masing-masing fase.
1.      Fase Praremaja
        Periode transisi antara masa kanak-kanak dan adolesens sering sikenal sebagai praremaja oleh profesional dalam ilmu perilaku (Potter&Perry, 2005). Menurut Hall seorang sarjana psikologi Amerika Serikat, masa muda (youth or preadolescence) adalah masa perkembangan manusia yang terjadi pada umur 8-12 tahun.

        Fase praremaja ini ditandai dengan kebutuhan menjalin hubungan dengan teman sejenis, kebutuhan akan sahabat yang dapat dipercaya, bekerja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan, dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan, kerja sama, tindakan timbal balik, sehingga tidak kesepian (Sunaryo,2004:56).Tugas perkembangan terpenting dalam fase praremaja yaitu,belajar melakukan hubungan dengan teman sebaya dengan cara berkompetisi, berkompromi dan kerjasama.

2.      Fase Remaja Awal (early adolescence)
        Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari praremaja. pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak. Sehingga, remaja mencari suatu pola untuk memuaskan dorongan genitalnya. Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak.

        Sunaryo (2004:56) berpendapat bahwa, hal terpenting pada fase ini, antara lain:
a.          Tantangan utama adalah mengembangkan aktivitas heteroseksual.
b.         Terjadi perubahan fisiologis.
c.          Terdapat pemisahan antara hubungan erotik yang sasarannya adalah lawan jenis dan keintiman dengan jenis kelamin yang sama.
d.         Jika erotik dan keintiman tidak dipisahkan, maka akan terjadi hubungan homoseksual.
e.          Timbul banyak konflik akibat kebutuhan kepuasan seksual, keamanan dan keakraban.
f.          Tugas perkembangan yang penting adalah belajar mandiri dan melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda.

3.      Fase Remaja Akhir
        Fase remaja akhir merupakan fase dengan ciri khas aktivitas seksual yang sudah terpolakan. Hal ini didapatkan melalui pendidikan hingga terbentuk pola hubungan antarpribadi yang sungguh-sungguh matang. Fase ini merupakan inisiasi ke arah hak, kewajiban, kepuasan, tanggung jawab kehidupan sebagai masyarakat dan warga negara.

        Sunaryo (2004:57) mengatakan bahwa tugas perkembangan fase remaja akhir adalah economically, intelectually, dan emotionally self sufficient.

b.      Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
1.      Perkembanang Biologis
        Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2006: 52).

        Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.

        Potter & Perry (2005:535) juga mengatakan bahwa setelah pertumbuhan awal jaringan payudara, puting dan areola ukurannya meningkat. Proses ini sebagian dikontrol oleh hereditas, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin tidak komplet dalam usia 10 tahun. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital. Uterus mulai membesar dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal, hal tersebut bisa terjadi secara spontan atau akibat perangsangan seksual. Vagina memanjang, dan rambut pubis dan aksila mulai tumbuh.

        Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada. Kadar testosteron yang meningkat sitandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis.

        Perry&Potter (2005:690) mengungkapkan bahwa empat fokus utama perubahan fisik adalah:
a.       Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera
b.      Perubahan spesifik-seks, seperti perubahan bahu dan lebah pinggul
c.       Perubahan distribusi otot dan lemak
d.      Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.

         Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002:94).



2.      Perkembangan Kognitif
        Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya penyesuaian diri biologis. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.

        Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.

        Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja

3.      Perkembangan Sosial
        Potter&Perry (2005:535) mengatakan bahwa perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi penghargaan masyarakat.

        Santrock (2003: 24) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2003: 125) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.

        Pencarian identitas diri merupakan tugas utama dalam perkembangan psikososial adelesens. Remaja arus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau tetap terisolasi secara sosial (Potter&Perry, 2005:693). Pencarian identitas diri ini meliputi identitas seksual, identitas kelompok, identitas keluarga, identitas pekerjaan, identitas kesehatan dan identitas moral.

c.       Ciri Khas Remaja
1.      Hubungan dengan Teman Sebaya
        Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual.

        Pada saat remaja, seseorang memperoleh kebebasan yang lebih besar dan mulai membangun identitasnya sendiri. Secara emosional, mereka menjalin hubungan yang lebih dekat dengan kelompoknya dibandingkan keluarga. Krisis identitas ini membuat remaja mengalami rasa malu, takut, dan gelisah yang menimbulkan gangguan fungsi di rumah dan di sekolah (Potter&Perry, 2010). Namun, dalam beberapa hal, remaja mengalami ketegangan baik akibat tekanan kelompoknya, maupun perubahan psikososial. Sehingga remaja cenderung melakukan tindakan yang dapat mengurangi ketegangan tersebut, misalnya merokok dan memakai obat-obatan.

        Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :
a.       Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b.      Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c.       Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d.      Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e.       Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan, berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan pujian.

      Ada beberapa dampak apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307) dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a.       Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
b.       Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c.       Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan penyimpangan kepribadian.
d.      Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e.       Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya mereka.
f.        Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g.       Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h.       Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan penerimaan sosial mereka.

      Sementara itu, Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut yaitu:
a.       Merasa senang dan aman.
b.      Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c.       Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d.      Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e.       Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.

2.      Hubungan dengan Orang Tua Penuh Konflik
      Hubungan dengan orang tua penuh dengan konflik ketika memasuki masa remaja awal. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak orang tua dan remaja.

      Collins (dalam Santrock, 2002: 42) menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.

      Dari uraian tersebut, ada baiknya jika kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja. Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2002: 24) yaitu :
a.    menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik.
b.   Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik.
c.    Mencoba melakukan corah pendapat (brainstorming).
d.   Mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah.
e.    Menulis kesepakatan.
f.    Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.

3.      Keingintahuan  Tentang Seks Yang Tinggi
     Seksualitas mengalami perubahan sejalan dengan individu yang terus tumbuh dan berkembang (Potter&Perry,2010:30). Setiap tahap perkembangan memberikan perubahan pada fungsi dan peran seksual dalam hubungan. Masa remaja merupakan masa di mana individu menggali orientasi seksual primer mereka lebih banyak daripada masa perkembangan manusia lainnya.

     Remaja menghadapi banyak keputusan dan memerlukan informasi yang akurat mengenai topik-topik seperti perubahan tubuh, aktivitas seksual, respons emosi terhadap hubungan intim seksual, PMS, kontrasepsi, dan kehamilan (Perry&Potter, 2010:31). Informasi faktual ini dapat datang dari rumah, sekolah, buku atau pun teman sebaya. Bahkan informasi seperti ini pun,remaja mungkin tidak mengintergrasikan penhgetahuan ini ke dalam gaya hidupnya. Mereka mempunyai orientasi saat ini dan rasa tidak rentan. Karakteristik ini dapat menyebabkan mereka percaya bahwa kehamilan atau penyakit tidak akan terjadi pada mereka, dan karenanya tindak kewaspadaan tidak diperlukan. Penyuluhan kesehatan harus diberikan dalam konteks perkembangan ini (Potter&Perry, 2005:535).

4.      Mudah stress
      Menurut Potter&Perry (2005:476), Selye (1976) berpendapat bahwa stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan. Stres dapat menyebabkan perasaan negatif. Umumnya, seseorang dapat mengadaptasi stres jangka panjang maupun jangka pendek sampai stres tersebut berlalu. Namun, jika adaptasi itu gagal dilakukan, stres dapat memicu berbagai penyakit.

      Remaja juga sangat rentan dengan strea. Sebab, di masa ini seseorang akan memiliki keinginan serta kegiatan yang sangat banyak. Namun, apabila keinginan dan kegiatan itu tidak berjalan atau tidak terwujudkan sebagaimana mestinya, remaja cenderung menjadikan hal tersebut sebagai beban pikiran mereka. Sehingga remaja mudah mengalami stres. Untuk mengobati itu, remaja menghibur diri atau meminimalisisr stres mereka dengan berkumpul atau bersenang-senang dengan teman sebayanya.

2.      Penyebab Terjadinya Strok Pada Usia Muda
     Isabel Manchip, seorang anak perempuan kelahiran Inggris, sudah mengalami sejak usia 1 tahun yang awalnya diduga terkena cacar air. Pada akhirnya, pasien tersebut didiagnosis mengalami stroke pada usia yang masih sangat muda tersebut.
     Stroke didefinisikan sebagai manifestasi klinik gangguan otak fokal (setempat) atau global (menyeluruh) yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan pembuluh darah. Dengan kata lain, kejadian stroke melibatkan komponen pembuluh darah (termasuk isinya) di otak, gangguan saraf pusat (otak atau sumsum tulang), dan berlangsung cukup lama.

     Konsep penting yang perlu dipahami pula di sini adalah kekurangan oksigen dari sel-sel otak untuk bekerja. Oleh karena itu, sumbatan pembuluh darah dan kurangnya aliran sel darah merah di dalam otak oleh sebab apapun dapat memunculkan stroke sebagai hasil akhirnya. Secara garis besar, stroke dikelompokkan menjadi dua: stroke perdarahan atau stroke penyumbatan (disebut iskemik). Pada orang muda, stroke penyumbatan lebih sering ditemui daripada stroke perdarahan.

     Sejumlah faktor risiko terkena stroke memang dapat ditemukan pada orang muda dan temuan tersebut sedikit berbeda pada orang yang lebih tua. Pada usia muda, perhatian ditujukan pada beberapa faktor risiko berikut
a.       Merokok
      Merokok sebanyak 1-10 batang per hari memiliki risiko 2.2 kali, sedangkan lebih dari atau sama dengan 40 batang rokok per hari berisiko 9.1 kali. Dalam hubungannya dengan stroke, peningkatan pembekuan darah serta kerusakan struktur pembuluh darah menjadi mekanisme yang ditimbulkannya sehingga mempermudah pengendapan lemak maupun sumbatan di dalam pembuluh darah secara keseluruhan, termasuk di dalam otak.




b.      Migraine.
      Migraine memegang peranan hingga 2 kali lipat daripada orang tanpa migraine dalam membentuk stroke. Namun, belum banyak terjelaskan bagaimana mekanismenya. Dugaan terakhir menunjukkan penurunan aliran darah di otak karena memang migraine menunjukkan terjadinya penyempitan pembuluh darah akibat spasme saat serangan. Biasanya pembuluh darah di sisi belakang lebih banyak terkena. Perhatikan pula bahwa kelainan di pembuluh darah itu sendiri dapat menyebabkan migraine yang berlanjut menjadi stroke, seperti rusaknya lapisan pembuluh darah.

c.       Kehamilan
      Kehamilan jarang menyebabkan stroke. Pada umumnya kejadiannya berkisar pada beberapa hari menjelang hingga 6 minggu sesudah kelahiran. Perlu dimengerti bahwa kehamilan itu sendiri bukanlah menjadi faktor risiko stroke, melainkan beberapa keadaan yang diakibatkannyalah yang menjadi pencetus kemungkinan timbulnya stroke. Kehamilan dapat menyebabkan darah lebih kental, eklamsia, atau perubahan pada struktur jantung. Timbulnya keadaan tersebutlah yang menjadi faktor risiko terjadinya stroke.

d.      Obat Terlarang
      Obat terlarang suntikan dapat saja menyebabkan terbentuknya sumbatan akibat dari bahan-bahan asing penyerta serta infeksi pada jantung sebagai asal-muasal kejadian stroke pada pasien. Obat-obatan dengan efek pada saraf simpatis dapat menyebabkan pula peradangan pada pembuluh darah, peningkatan pembekuan darah, hingga hipertensi mendadak. Amfetamin dan kokain merupakan contoh obat yang dapat menyebabkan hal tersebut.


e.       Kontrasepsi Oral.
      Kontrasepsi oral, terutama dengan kandungan estrogen tinggi, memiliki risiko 4 kali lipat, sedangkan estrogen rendah berisiko 2 kali lipat. Namun, secara keseluruhan penelitian, kasus stroke pada mereka yg mengonsumsi pil kontrasepsi tergolong rendah (4 dari 100.000 wanita per tahun). Risiko tersebut biasanya baru meningkat jika memang memiliki migraine atau faktor risiko lainnya.

D.    Kerangka Pemikiran
Merokok
 
                                                           
Migraine
 
                                                           








 



Obat
 
                                                                                               








 



                                                           
 

                                               
Keterangan :


 
                                    : Faktor yang diteliti


 
                                    : Faktor yang tidak diteliti



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan pendekatan Case Control study, yakni membandingkan antara kelompok kasus dengan kelompok control berdasarkan kasus terpaparnya, dengan menggunakan pendekatan retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat ini kemudian faktor resikonya diidentifikasi terjadinya pada waktu lain.

Rancangan penelitian Case Control
Faktor resiko +
                                                G      Strok     

Faktor resiko –
                                                            Matching :                                          
                                                                                                           
-       Merokok                         Populasi
-       Migraine                         (sampel)
              


Faktor resiko +                     Bukan
                                                         Strok     

Faktor resiko –